Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Prinsip-prinsip Penulisan Angket Penelitian Skripsi, Tugas Akhir dan Tesis Anda

Angket penelitian
Sumber gambar: Heriakhmadi.com
Angket atau kuesioner merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi list pertanyaan-pertanyaan ataupun pernyataan tertulis kepada responden.

Angket ini juga cocok apabila digunakan pada jumlah responden yang cukup banyak, dan tersebar di wilayah yang luas, yang mana bisa dikirim melalui pos, internet, email dan sebagainya.

Dalam penulisan angket baik itu pertanyaan ataupun pernyataan, ada beberapa prinsip-prinsip yang harus dijadikan patokan dan pegangan, supaya angket terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. 

Menurut Uma Sekaran (1992) dalam buku Prof. Sugiyono (2016), menjelaskan bahwa terdapat beberapa prinsip penulisan angket, diantaranya adalah:

1. Isi dan tujuan pertanyaan

Pertama adalah isi dan tujuan pertanyaan. Maksudnya, apakah isi pertanyaan ataupun pernyataan itu merupakan bentuk pengukuran atau bukan? 

Apabila pengukuran maka dalam pembuatan pertanyaan harus teliti, sesuai skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk variabel yang diteliti.

2. Bahasa yang Digunakan

Bahasa yang digunakan dalam angket disesuaikan dengan kemampuan bahasa responden. 

Apabila responden kurang bisa berbahasa Indonesia dengan baik, maka angket disesuaikan dengan bahasa daerah yang dipakainya. Selain itu, bahasa yang digunakan harus sesuai dengan jenjang pendidikan dan keadaan sosial budaya dari responden.

3. Tipe dan Bentuk Pertanyaan

Tipe pertanyaan yang digunakan dalam angket dapat terbuka maupun tertutup, apabila wawancara bisa terstruktur ataupun tidak terstruktur, serta bentuknya bisa berupa kalimat positif atau negatif.

4. Pertanyaan Tidak Ambigu, Tidak Mendua

Setiap pertanyaan ataupun pernyataan dalam angket jangan ambigu atau mendua, yang bisa membingungkan responden dalam menjawab.

Setiap pertanyaan harus jelas dan tegas kemana arah jawabannya, tidak boleh dalam satu pertanyaan bercabang. Kalau bisa nanti ditanyakan di pertanyaan selanjutnya, daripada di satukan dalam satu pertanyaan yang panjang dan mendua.

5. Tidak menanyakan hal yang sudah lupa, ataupun belum berpengalaman 

Setiap pertanyaan dalam angket harus menyesuaikan dengan kondisi responden. Apalagi jika kelihatannya responden sudah lupa, ataupun pertanyaan tersebut memerlukan jawaban yang berat.

Termasuk juga jika responden belum berpengalaman. Contohnya jika responden baru berumur 25 tahun, terus anda menanyakan bagaimana kondisi desa anda 30 tahun yang lalu? Maka sudah pasti responden akan kesulitan, sebab umurnya saja belum mencapai 30 tahun, dalam artian belum berpengalaman tentang desanya 30 tahun yang lalu.

6. Pertanyaan tidak menggiring

Setiap pertanyaan dalam angket tidak menggiring ke hal yang baiknya saja, ataupun hal yang jeleknya saja.

Kalau menggiring ke satu hal baik saja contohnya, maka informasi yang sebenarnya bisa tertutupi. Termasuk begitupula sebaliknya.

7. Panjang dan jumlah pertanyaan

Sebaiknya pertanyaan dalam angket tidak terlalu panjang, termasuk juga jumlah pertanyaannya.

Dikhawatirkan apabila terlalu panjang kalimat pertanyaannya, justru responden bingung dan lupa apa yang mau dijawabnya.

Kalau terlalu banyak jumlah pertanyaannya, akan membuat responden jenuh, belum juga waktu menjawabnya pasti lama, sedangkan bisa saja responden ada kegiatan lain selain dari menjawab angket ini.

Disarankan empirik jumlah pertanyaan dalam angket adalah sekitar 20 - 30 pertanyaan saja.

8. Urutan pertanyaan

Urutan pertanyaan dalam angket harus dari hal yang umum menuju spesifik, mudah menuju sulit, dan saling berkaitan (tidak campur aduk kesana-kemari, tidak berputar-putar) dalam artian harus beruntutan dari Hal A ke Hal B ke Hal C.

Tidak Hal A ke Hal B kembali lagi ke Hal A ke Hal C, justru itu akan membuat pusing responden, jadinya berbelit-belit.

9. Prinsip Pengukuran 

Karena angket yang akan diberikan kepada responden bertujuan untuk mengukur variabel yang diteliti, maka instrumen angket tersebut harus valid dan reliabel terlebih dahulu.

Caranya adalah harus diuji menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. Supaya datanya valid dan reliabel.

10. Penampilan Fisik Angket

Penampilan fisik Angket (paper face) harus meyakinkan dan mudah dibaca dan dilihat. Supaya responden bisa menjawabnya dengan baik dan penuh keseriusan.

Bayangkan saja jika angket ha dibuat pada kertas yang buram, tidak rapih, kusut, justru itu akan membuat kurang menarik responden. Beda lagi kalau dengan kertas berwarna, rapih dan bersih. 

Apabila angket dibuat dalam sebuah file (termasuk responden mengisinya dalam file), maka harus diberikan file Word yang mudah diketik, jangan PDF yang susah diedit. Kalau diberikannya PDF justru itu akan membuat responden risih.

Nah itulah 10 prinsip penulisan angket untuk tugas akhir, skripsi, maupun tesis anda. 

Daftar Pustaka 

  • Prof. Dr. Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : CV. Alfabeta.
  • Uma Sekaran. 1992. Research Methods for Business : a skill-building approach. New York: New York John Wiley and Sons.