Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Belajar dari Ukraina, Taiwan Buat Drone Tempur untuk Hadapi Ancaman

Drone Tempur Taiwan
Drone tempur buatan Taiwan untuk menghadapi ancaman di wilayahnya, sumber foto: Reuters
Taiwan memamerkan model-model baru drone militer yang diproduksi di dalam negeri pada Selasa, mengatakan mereka adalah kunci untuk kapasitas "perang asimetris" untuk membuat pasukannya lebih gesit jika mereka harus menghadapi militer China yang jauh lebih besar.

China, yang tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membawa Taiwan di bawah kendalinya, telah meningkatkan aktivitas militer di dekat pulau yang diperintah secara demokratis itu untuk memaksanya menerima kedaulatan China meskipun ada keberatan dari Taiwan.

Perang di Ukraina telah memberikan urgensi baru pada upaya militer Taiwan untuk meningkatkan pertahanan termasuk dorongan untuk mengembangkan drone.

Dalam tampilan langka kemampuan dronenya, National Chung-Shan Institute of Science and Technology (NCSIST) milik militer, memamerkan model terbarunya, termasuk drone pengintai Albatross II, dan drone tempur yang beroperasi dengan satelit sistem pemosisian global.

Kepala NCSIST Art Chang mengatakan perang di Ukraina telah memusatkan perhatian pada drone, dan lembaganya telah bekerja sama dengan perusahaan Taiwan untuk membangun "tim nasional" untuk mengembangkan drone militer.

Militer Taiwan telah mengumumkan kemitraan dengan perusahaan yang bertujuan memproduksi 3.000 drone tahun depan.

Chi Li-Pin, direktur Divisi Riset Sistem Penerbangan untuk NCSIST, mengatakan angkatan bersenjata harus meningkatkan penggunaan drone dalam strategi mereka.

"Saya berharap pasukan nasional kita dapat membiasakan diri dengan senjata perang asimetris ini dan menggunakannya dengan berani," katanya kepada wartawan di fasilitas NCSIST di pusat kota Taichung.

Presiden Tsai Ing-wen telah memperjuangkan gagasan "perang asimetris" untuk membuat pasukan Taiwan lebih gesit dan lebih sulit diserang.

Angkatan bersenjata Taiwan dilengkapi dengan baik tetapi masih dikerdilkan oleh China.

Di antara drone yang dipamerkan adalah drone serang dengan amunisi berkeliaran yang dapat meluncur menuju target sebelum jatuh dengan kecepatan tinggi dan meledak saat terjadi benturan.

China telah mengirim pesawat tak berawaknya ke daerah yang dekat dengan Taiwan untuk menguji tanggapannya, kata kementerian pertahanan pulau itu.

Tahun lalu, Taiwan menembak jatuh pesawat tak berawak sipil yang memasuki wilayah udaranya di dekat sebuah pulau kecil di lepas pantai China.

Kementerian pertahanan pulau itu mengatakan dalam sebuah laporan ke parlemen minggu ini, yang salinannya ditinjau oleh Reuters, bahwa China dengan cepat membangun kapasitas tempurnya dengan drone, termasuk segerombolan robot terbang.

Sebagai tanggapan, Taiwan akan fokus pada pengembangan drone tempur dan pengawasannya, serta sistem anti-drone, kata kementerian itu.