7 Tanda Orang yang 'Sangat Tidak Percaya Diri' dan Insecure, serta Cara Menghadapinya
![]() |
ilustrasi insecure, sumber foto: BidikUtama |
Sebagai konsultan kepemimpinan yang mempelajari psikologi tempat kerja, saya telah menghabiskan lebih dari 30 tahun membantu ribuan individu dan tim di organisasi bernilai jutaan dolar menjalani hubungan yang sulit.
Dan melalui penelitian saya, saya menemukan bahwa orang yang merasa tidak aman sering kali adalah orang yang paling sulit dihadapi.
Mengapa tipe yang 'sangat insecure' bisa sangat menantang
Meskipun merasa tidak aman itu wajar, perilaku bermasalah dapat berkembang ketika orang secara konsisten berusaha menyembunyikan atau mengimbangi keraguan diri mereka.
Tipe yang tidak aman sangat menghindari risiko dan tidak produktif. Beberapa bisa benar-benar jahat atau menampilkan perilaku kasar.
Berikut adalah perilaku toxic dari orang yang "sangat insecure, sangat tidak percaya diri" secara umum, menurut pakar karir Harvard Amy Gallo, yakni :
- Mereka terlalu khawatir tentang apa yang orang lain pikirkan tentang mereka.
- Mereka tidak pernah mengungkapkan pendapat yang tegas.
- Mereka menderita ketidakmampuan kronis untuk membuat keputusan, bahkan ketika pilihan memiliki sedikit konsekuensi.
- Mereka sering mencoba mengubah arah proyek dan pertemuan.
- Mereka merendahkan orang lain untuk membuat diri mereka terlihat lebih penting.
- Mereka terus-menerus berbicara tentang betapa sibuknya mereka (padahal sebenarnya tidak) untuk menunjukkan bahwa mereka dibutuhkan.
- Mereka adalah pengganggu paranoid yang membuat Anda mempertanyakan setiap gerakan Anda.
Bagaimana menangani orang yang tidak percaya diri
Tipe insecure — baik dalam bentuk anggota tim atau bos — ada di sekitar kita, jadi penting untuk mengetahui cara menghadapinya secara efisien.
Langkah pertama adalah mengaktifkan pola pikir detektif Anda. Ubah interaksi dengan orang yang tidak percaya diri menjadi kesempatan belajar.
1. Taksir besarnya masalah.
Hitung interaksi yang Anda lakukan dengan orang yang merasa tidak aman. Berapa banyak yang buruk? Semua? Setengah? Kurang dari sepertiga?
Anda sekarang telah menjawab pertanyaan yang paling penting: Seberapa besar masalahnya? Jika Anda memiliki lebih banyak interaksi yang baik daripada yang buruk, mungkin orang tersebut tidak terlalu sulit.
2. Identifikasi akar penyebab masalah.
Pikirkan tentang interaksi negatif yang Anda alami dengan mereka. Topik apa yang cenderung membawa mereka? Bagaimana Anda masing-masing mengekspresikan diri Anda dalam situasi ini?
Sekarang pikirkan tentang interaksi yang baik. Apa perbedaannya?
3. Kembangkan welas asih yang tulus.
Utamakan pikiran Anda untuk menampung pikiran-pikiran positif dan memikirkan kepentingan terbaik mereka.
Salah satu pendekatan yang suka saya gunakan adalah mengingatkan diri sendiri bahwa orang itu adalah anak seseorang. Saya bertanya pada diri sendiri: “Apakah saya ingin seseorang memiliki pemikiran negatif yang serupa tentang anak-anak atau orang yang saya cintai?”
4. Berinvestasi berlebihan dalam 1:1.
Kurangnya sindikasi one-on-one adalah salah satu alasan mengapa strategi gagal di perusahaan.
Adakan pertemuan santai dengan mereka atau sarankan rehat kopi. Gunakan ini sebagai forum untuk mengenal mereka.
5. Pikirkan hasil yang menyenangkan.
Fokus pada bagaimana hasil dari interaksi ini dapat menciptakan nilai bagi orang lain. Tanyakan pada diri Anda: “Hasil apa yang akan bermanfaat bagi mereka, dan reaksi apa yang ingin saya dapatkan?”
6. Bersikaplah transparan dalam cara Anda berkomunikasi.
Orang yang merasa tidak percaya diri cenderung melihat celah dalam argumen, jadi susun cara Anda berkomunikasi dengan mereka dalam urutan berikut:
- Ini yang saya yakini...
- Ini adalah apa yang saya yakini, tetapi saya tidak yakin tentang...
- Ini adalah apa yang saya tahu terlalu sedikit untuk memiliki pandangan tentang...
7. Isi kekosongan — bersama-sama!
Orang yang tidak percaya diri merasa lebih aman ketika mereka memiliki rasa kepemilikan yang kuat. Susun pekerjaan dalam rangkaian satu-satu di mana Anda berdua harus memiliki hal-hal yang harus dipersiapkan untuk setiap pertemuan.
8. Bekerja secara bertahap.
Turunkan rasa ketidakpastian mereka dengan menyarankan masa percobaan, dan sertakan metrik yang jelas untuk mengevaluasi keputusan.
Misalnya: “Bagaimana kalau kita mencobanya selama tiga bulan dan mengevaluasi hasilnya dengan mengukur [X] seminggu sekali?”
9. Tunjukkan bahwa Anda bukan ancaman.
Anda ingin mereka menganggap Anda sebagai sekutu, bukan saingan. Berikan pujian dan ungkapkan terima kasih dan penghargaan: “Saya mengagumi apa yang Anda lakukan, dan saya senang untuk terus belajar dari Anda.”