Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pembelajaran Berdiferensiasi : Pengertian, Prinsip, Ciri-ciri, Strategi dan Implementasinya

pembelajaran berdiferensiasi

Pembelajaran abad 21 merupakan suatu proses pembelajaran yang menekankan student center. Di abad ini, guru harus melakukan aktivitas kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan berbagai metode, model, media, bahan ajar dan sumber belajar yang dapat menarik minat belajar siswa.

Salah satu model pembelajaran yang bagus digunakan adalah pembelajaran berdiferensiasi. Untuk itu, inilah pengertian, ciri-ciri, prinsip, strategi dan implementasi pembelajaran berdiferensiasi yakni:

Pengertian Pembelajaran Diferensiasi

Ada hal penting yang perlu disadari oleh guru ketika merancang media pembelajaran yaitu siswa yang berada dalam satu kelas memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan itulah yang akhirnya memunculkan pembelajaran model baru, yakni pembelajaran diferensiasi atau berdiferensiasi.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang dapat membantu memenuhi kebutuhan belajar setiap siswa sesuai karakteristiknya. Pembelajaran ini digagas oleh Carol Tomlinson seorang pendidik, dan pembicara ternama asal negeri Paman Sam, Amerika Serikat. 

Dalam implementasinya, pembelajaran ini membagi dan mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan karakteristiknya. Selain itu, siswa juga dapat mempelajari materi pelajaran sesuai dengan kemampuannya, apa yang disukai, dan termasuk sesuai kebutuhan masing-masing. Dengan begitu, siswa tidak merasa frustasi dan gagal dalam proses belajarnya. 

Pembelajaran ini bisa jadi salah satu pilihan guru saat memilih model pembelajaran yang akan digunakan di kelas. Apalagi, pembelajaran diferensiasi ini dianggap cocok dengan pembelajaran di abad 21 yang menekankan pada student center atau fokus pada siswa.

Pengertian pembelajaran diferensiasi menurut para ahli

Adapun pengertian pembelajaran diferensiasi menurut para ahli yakni sebagai berikut.

1. Theroux (2004)

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang menciptakan berbagai alur belajar. Dengan begitu, perbedaan kemampuan, minat dan pengalaman siswa diserap, digunakan, dikembangkan, dan disajikan sebagai sebuah konsep pembelajaran sehari-hari. 

2. Tomlinson dan McTighe (2006)

Pembelajaran berdiferensiasi menurut Tomlinson dan McTighe merupakan pembelajaran yang memfokuskan diri pada siapa yang mengajar, di mana mengajar, dan bagaimana mengajar. 

Prinsip-prinsip pembelajaran berdiferensiasi

Ada beberapa prinsip dasar yang harus diingat oleh guru dalam impelemntasi pembelajaran berdiferensiasi, yakni:

1. Lingkungan belajar 

Lingkungan belajar meliputi lingkungan fisik sekolah dan kelas di mana jadi tempat siswa menghabiskan waktunya dalam proses belajar di sekolah. Prinsip ini mengharuskan guru untuk memperhatikan kenyamanan dan keamanan siswa saat kegiatan belajar di kelas. 

Misalnya, dengan menata ruang kelas dengan nyaman, kursi dan meja belajar siswa yang disesuaikan bentuknya.

2. Kurikulum yang berkualitas

Prinsip dasar pembelajaran berdiferensiasi berikutnya adalah kurikulum yang berkualitas. Maksudnya, kurikulum perlu mampu membuat siswa memahami materi yang diajarkan secara tepat, bukan pada seberapa banyak siswa yang dapat menghafal materi yang diberikan oleh guru. 

Selain itu, di dalam kurikulum juga harus tergambar dengan jelas keterlibatan siswa dalam proses belajar melalui tugas-tugas yang diberikan dan asesmen yang dikerjakan oleh siswa. Kurikulum juga harus bersifat teaching up

Artinya, tidak ada satupun siswa yang tertinggal atau berhenti dalam proses belajar. Jika ada siswa yang memiliki kemampuan lebih, guru harus dapat menantang mereka untuk mengerjakan tugas lain agar keterampilan yang dimiliki berkembang. 

Sebaliknya, jika ada siswa yang memiliki kemampuan yang kurang, guru harus membantu mereka dalam mengerjakan tugas-tugas mereka sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. 

3. Asesmen berkelanjutan

Dalam pembelajaran berdiferensiasi, ada beberapa asesmen yang harus dilakukan oleh guru. Asesmen pertama yang dilakukan oleh guru adalah asesmen di awal sebelum mulai membahas materi pelajaran. 

Asesmen ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi pelajaran yang akan dipelajari sekaligus mengukur sejauh mana kesiapan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditentukan.

Kemudian, guru akan melakukan asesmen kedua, yakni asesmen formatif yang bertujuan untuk mengetahui apakah masih ada materi yang belum jelas atau sulit dipahami siswa, mengetahui apakah ada masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa sehingga membuat mereka kesulitan memahami materi pelajaran dan sebagainya.

Asesmen formatif ini dilakukan bukan untuk memberikan nilai dalam bentuk angka, seperti nilai ulangan, tapi lebih berupa penilaian kualitatif, yakni dengan memberikan pertanyaan singkat di mana siswa dapat mengemukakan pendapat mereka. 

Selama pembelajaran berlangsung, guru juga harus memperhatikan bagaimana siswa belajar, apakah ada yang perlu dibantu dalam mengerjakan tugasnya, atau adakah siswa yang belum memahami secara jelas instruksi tugas yang diberikan. 

Setelah pembelajaran berakhir, guru kembali melakukan evaluasi sebagai penilaian hasil belajar di akhir setelah mempelajari materi belajar. Misalnya, meminta siswa membuat suatu produk tertentu berupa video, poster, blog, puisi, pantun, dan lain-lain. 

4. proses belajar yang responsif

Tidak hanya dapat menilai kemampuan siswa saja, asesmen formatif juga dapat memberikan guru informasi mengenai kekurangannya dalam membimbing siswa untuk memahami isi pelajaran. Setelah mengetahui hal tersebut, guru dapat memberikan respons berupa mengubah cara mengajarnya sesuai dengan kebutuhan siswa, memodifikasi rencana pembelajaran, dan lain sebagainya. 

5. Kepemimpinan dan rutinitas di kelas

Kepemimpin di sini adalah bagaimana guru dapat memimpin siswanya agar dapat mengikuti proses pembelajaran dalam kondisi dan situasi yang kondusif, melalui kesepakatan kelas yang ditetapkan bersama. 

Sementara rutinitas di kelas mengacu pada keterampilan guru dalam mengelola dan mengatur jalannya pembelajaran di kelasnya dengan baik sehingga pembelajaran bisa berlangsung dengan efektif dan efisien.  

Ciri-ciri Pembelajaran Berdiferensiasi

Ada beberapa karakteristik dasar yang jadi ciri khas dari pembelajaran berdiferensiasi, yakni sebagai berikut:

1. pembelajaran bersifat proaktif

Bersifat proaktif artinya dari awal pembelajaran hingga akhir, guru secara aktif sudah mengantisipasi kelas yang akan diajarnya. Caranya dengan merencanakan pembelajaran yang berbeda-beda untuk setiap siswanya. 

2. Menekankan kualitas dibanding kuantitas

Kualitas dari tugas yang dikerjakan siswa jadi fokus utama pada pembelajaran diferensiasi dibanding kuantitas tugas yang diberikan. Jadi, bukan berarti  siswa yang sudah selesai mengerjakan tugasnya, akan diberikan lagi tugas tambahan yang sama, tapi siswa tersebut akan diberikan tugas lain yang berbeda agar dapat menambah keterampilannya. 

3. Berakar pada asesmen atau penilaian

Didalam pembelajaran berdiferensiasi, guru selalu melaksanakan berbagai asesmen untuk mengetahui kondisi dan tingkat pemahaman siswa pada setiap proses pembelajaran. Nantinya, hasil asesmen ini akan jadi umpan balik atau feedback bagi guru supaya dapat menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. 

4. Menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran

Ciri-ciri pembelajaran bediferensiasi berikutnya adalah menggunakan berbagai pendekatan dalam materi, proses pembelajaran, produk yang dihasilkan, dan juga lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung.

Didalam pembelajaran berdiferensiasi, ada empat unsur yang dapat disesuaikan dengan tingkat kesiapan siswa dalam mempelajari materi, minat dan gaya belajar mereka, yakni konten / materi (apa yang dipelajari), proses (bagaimana mempelajarinya), produk (apa yang dihasilkan setelah mempelajarinya) dan lingkungan belajar (iklim belajarnya).

5. Berorientasi pada peserta didik

Didalam hal ini, tugas yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan tingkat pengetahuan awal mereka terhadap materi yang akan diajarkan, sehingga guru harus merancang pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kebutuhan dan karakteristik siswanya. 

Dengan kata lain, guru akan lebih banyak mengatur waktu, ruang dan proses kegiatan yang akan dilaksanakan siswa selama pembelajaran daripada hanya menjelaskan materi secara metode ceramah saja. 

6. Campuran dari pembelajaran individu dan klasikal

Pembelajaran berdiferensiasi adalah campuran dari pembelajaran individu dan klasikal. Hal ini bisa dilihat dari impelementasinya di dalam kelas di mana guru memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar bersama-sama secara klasikal, tapi bisa juga belajar secara individu. 

7. Bersifat hidup

Bersifat hidup artinya ada kolaborasi terus-menerus (kontinu) antara guru dengan siswa, termasuk dalam hal menyusun tujuan kelas maupun individu. Guru mengawasi bagaimana pelajaran dapat cocok dengan siswa dan bagaimana penyesuaiannya.

Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi

Strategi diferensiasi merupakan tindakan yang dilakukan dalam implementasi pembelajaran berdiferensiasi dengan memperhatikan kegiatan belajar yang dapat mengakomodasi siswa sesuai dengan kebutuhan dan profil belajarnya. 

Ada tiga strategi pembelajaran berdiferensiasi yang dapat dilakukan, yakni:

1. Pembelajaran diferensiasi konten / materi

Strategi diferensiasi materi mengacu pada strategi guru dalam membedakan proses pembagian dan format penyampaian materi. Dalam hal ini, materi adalah materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari oleh siswa berdasarkan kurikulum. 

2. Pembelajaran diferensiasi proses

Diferensiasi proses adalah strategi dalam membedakan proses yang harus dijalani setiap siswa yang memungkinkan mereka untuk berlatih dan memahami isi materi. 

3. Pembelajaran diferensiasi produk

Strategi ini mengacu pada kemampuan guru dalam memodifikasi produk hasil belajar siswa, implementasi, dan pengembangan hal-hal yang telah dipelajarinya. 

Cara Implementasi Pembelajaran Diferensiasi di Kelas

Bagi bapak dan ibu guru yang tertarik untuk mengimplementasikan pembelajaran diferensiasi di kelas, dapat mengikuti langkah-langkah berikut ini, yakni:
  1. Mengetahui karakteristik siswa, mulai dari sifat, minat, hingga gaya belajarnya. Mengetahui karakteristik siswa dapat dilakukan melalui metode observasi selama proses belajar berlangsung dan asesmen diagnosis melalui wawancara ataupun angket. 
  2. Setelah mengetahui karakteristik siswa, guru dapat membagi mereka ke dalam beberapa kelompok berdasarkan minat atau gaya belajarnya. 
  3. Langkah berikutnya yakni memilih topik pembelajaran dengan memperhatikan keberagaman siswa dalam hal motivasi, minat, dan harapan belajarnya. 
  4. Berikan siswa pilihan terkait tugas yang akan dikerjakan, metode pembelajaran, dan media pembelajaran yang akan digunakan pada proses belajar. 
  5. Guru melakukan asesmen di awal pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana siswa  memahami materi pelajaran yang akan dipelajari sekaligus mengukur kesiapan siswa terhadap tujuan pembelajaran. Asesmen juga dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan di akhir pembelajaran guru melaksanakan evaluasi dengan meminta siswa membuat suatu produk tertentu.
  6. Melakukan evaluasi dan refleksi dari implementasi pembelajaran berdiferensiasi di kelas.