Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Model Pembelajaran Tari Bambu : Pengertian, Tujuan, Langkah-langkah, Kelebihan dan Kekurangan

Di abad 21 ini, suasana pembelajaran di kelas sudah harus diarahkan ke proses belajar mengajar yang menyenangkan, menarik, dan tentunya bervariasi dimana ini akan memancing perhatian siswa untuk fokus dan aktif dalam pembelajaran.

Salah satu yang ditekankan adalah dalam model pembelajaran. Model yang digunakan haruslah model yang sejalan dengan abad 21 yang memiliki tipe kooperatif dan konstruktif. Salah satu model yang perlu diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar adalah model pembelajaran Tari Bambu atau Bamboo Dancing Learning Model. Oke, langsung saja ini pembahasannya sebagai berikut.

Pengertian Model Tari Bambu

Model pembelajaran tari bambu atau bisa disebut juga bamboo dancing termasuk dalam salah satu model pembelajaran kooperatif. Model ini merupakan modifikasi dari teknik lingkaran kecil lingkaran besar yang mana pada proses pembentukan kelompok diskusi  teknik lingkaran kecil lingkaran besar ini siswa membentuk dua buah lingkaran, sedangkan pada teknik tari bambu siswa membentuk kelompok yang berjajar dan saling berhadapan (Lie, 2008:79).

Belajar kooperatif adalah istilah yang digunakan dalam prosedur pembelajaran interaktif, dimana siswa belajar bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan berbagai masalah. Setiap siswa tidak hanya menyelesaikan tugas individualnya, tetapi juga berkewajiban membantu tugas sekelompoknya, sampai semua anggota kelompok memahami suatu konsep (Kagan, 1992:1).

Belajar kooperatif adalah strategi belajar yang menggunakan kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok dengan siswa dari tingkat kemampuan berbeda, menggunakan aktifitas belajar yang bervariasi untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap suatu konsep (Johnson dan Johnson, 2001 : 1).

Tujuan Model Tari Bambu

Model pembelajaran Tari Bambu bertujuan agar siswa saling berbagi informasi bersama-sama dengan pasangan yang berbeda dalam waktu yang singkat secara teratur. Strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pengalaman, pikiran, dan informasi antar siswa (Shoimin, 2020).

Pada model ini, pembelajaran diawali dengan pengenalan topik. Guru bisa menuliskan topik pada papan tulis atau mengadakan tanya jawab tentang apa yang siswa ketahui terkait materi tersebut. Kegiatan saling bertukar pikiran ini bermaksud untuk mengaktifkan struktur kognitif yang dimiliki siswa supaya bisa dan siap menghadapi pelajaran yang baru.

Kemudian, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok besar yang disesuaikan dengan jumlah siswa. Jika dalam kelas ada 32 orang siswa, maka tiap kelompok besar ada 16 orang siswa. Dimana pada tiap-tiap kelompok besar diatur sedemikian rupa, sehingga nantinya ada 8 orang berdiri berjajar saling berhadapan dengan 8 orang lainnya yang juga dalam posisi berdiri sejajar. Dengan demikian, dalam setiap kelompok besar saling berpasang-pasangan.

Pasangan ini disebut pasangan awal, kemudian bagi tugas pada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas. Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mendiskusikan tugas yang diterima.

Setelah diskusi, 16 orang dari kelompok besar itu bergeser mengikuti arah jarum jam. dengan cara seperti ini setiap siswa akan mendapatkan pasangan baru untuk berbagi informasi, demikian seterusnya. Pergeseran searah jarum jam akan berhenti ketika tiap-tiap siswa kembali ke pasangan awal.

Nah, meskipun dinamai model pembelajaran bamboo dancing, tetapi tidak menggunakan bambu. Itu hanyalah analogi, dimana siswa yang sejajarlah yang diibaratkan sebagai bambu.

Langkah-langkah Model Tari Bambu

Menurut Shoimin (2020), inilah langkah-langkah model pembelajaran tari bambu.
  1. Separuh jumlah siswa di kelas atau seperempatnya jikalau jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar. Jikalau ada cukup ruang, siswa bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu yang relatif singkat.
  2. Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama.
  3. Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai kebutuhan.
Adapun menurut Lie (2008:83) pembelajaran kooperatif teknik tari bambu memiliki beberapa tahap. Adapaun tahapannya adalah sebagai berikut :
  1. Separuh kelas (seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) duduk berjajar. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku.
  2. Separuh kelas lainnya berjajar dengan menghadap jajaran yang pertama.
  3. Dua kelompok yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi.
  4. Salah satu kelompok bergeser atau berpindah ke kelompok lainnya di jajarannya. Dengan cara ini, masing-masing kelompok mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus menerus sesuai dengan kebutuhan.

Kelebihan Model Tari Bambu

Inilah kelebihan model tari bambu (Shoimin, 2020), yakni sebagai berikut.
  1. siswa dapat bertukar pengalaman dan pengetahuan dengan sesamanya dalam proses pembelajaran.
  2. meningkatkan kecerdasan sosial dalam hal kerja sama di antara siswa.
  3. meningkatkan toleransi antara sesama siswa.

Kekurangan Model Tari Bambu

Sedangkan, untuk kekurangan dari model tari bambu adalah sebagai berikut.
  1. apabila kelompok belajarnya / kelompok besarnya terlalu gemuk, akan menyulitkan proses belajar mengajar dan memerlukan ruangan yang lebih besar.
  2. siswa lebih banyak bermain daripada belajar.
  3. memerlukan waktu yang relatif cukup lama.
  4. untuk materi yang terkonsetrasi pada hitungan dan rumus-rumus cukup rumit dilakukan.

Referensi

  • Johnson, DW dan Johnson, R. 1989. Cooperative and Competion : Theoru and Research. Edina, MN : Intraction Book Company.
  • Kagan, Spencer. 1992. Cooperative Learning. Sun Juan Capistrano : Kagan Cooperative Learning.
  • Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning di Luar Kelas. Jakarta : Grasindo.
  • Shoimin, Aris. 2020. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.