Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Estetika Menurut Para Ahli, Sejarah, Estetika dalam Arsitektur, Filsafat dan Ilmu

Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti pernah mendengar kata estetika. Estetika berkaitan penuh dengan seni dan keindahan.

Nah, lalu apa sih estetika itu pengertian jelas dan menurut para ahli? Untuk itu pembahasan tentang estetika sebagai berikut.

Pengertian Estetika

Estetika merupakan cabang filsafat yang memuat keindahan. Estetika merupakan ilmu yang membahas bagaimana keindahan dapat terbentuk, serta bagaimana agar bisa merasakannya. Untuk lebih lanjut mengenai estetika yaitu suatu filosifi yang mempelajari suatu nilai sensoris yang terkadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen serta rasa. Estetika adalah cabang yang dekat dengan filosifi seni.

Estetika terdiri dari tiga hal, yaitu:
  1. Studi mengenai fenomena estetis.
  2. Studi mengenai fenomena persepsi.
  3. Studi mengenai seni sebagai hasil pengalaman estetis.

Estetika Menurut Para Ahli

  1. Estetik dalam kedokteran gigi. adalah integeritas harmonis dari beberapa fungsi fisiologis oral dengan penekanan yang sama sehingga didapatkan atau dihasilkan gigi geligi yang ideal melalui restorasi dengan bentuk, warna, struktur dan fungsi untuk mencapai kesehatan dan daya tahan yang optimal.
  2. Lexion Webster Dic: 1977:18. Estetika merupakan gabungan dari ilmu pengetahuan dan filsafat. Kata estetika dikutip dari bahasa Yunaniaisthetikos atauaishtanomai yang berarti mengamati dengan indera
  3. Kattsoff, element of philosopiy, 1953. Estetika adalah segala sesuatu dan kajian terhadap hal-hal yang berkaitan dnegan kegiatan seni.
  4. Van Mater Ames, Colliers EncyclopediaEstetika merupakan suatu telaah yang berkaitan dengan penciptaan, apresiasi, dan kritik terhadap karya seni dalam konteks keterkaitan seni dengan kegiatan manusia dan pernanan sendi dalam perubahan dunia maya.
  5. Jerome stolnitz, Encyclopedia of PhiloshopyEstetika merupakan kajian filsafat keindahan dan juga keburukan.
  6. AA Djelantik, Estetika Suatu Pengantar, 1999. Estetika adalah suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, mempelajari semua aspek yang disebut keindahan.
  7. William Haverson, dalam Estetika Terapan, 1989. Estetika adalah segala hal yang berhubungan dengan sifat dasar nilai-nilai nonmoral suatu karya seni.
  8. Jhon Hosper, dalam Estetika Terapan, 1989. Estetika merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan proses penviptaan karya estetis.
  9. Agus sachari, Estetika terapan, 1989. Estetika adalah filsafat yang membahas esensi dari totalitas kehidupan estetik dan artisrtik yang sejalan dengan zaman.
  10. Jakob sumarjo, filsafat seni, 2000. Estetika mempersoalkan hak ikat keindahan alam dan karya seni, sedangkan filsafat seni mempersoalkan hanya karya seni atau benda seni, atau artifak yang disebut seni.

Sejarah Estetika

Pengertian estetika dari suatu masa ke masa yang lain selalu mengalami perubahan. Beberapa pemikir estetika yang terkenal antara lain adalah Aristoteles dan Immanuel Kant. Aristoteles dalam Poetics menyatakan bahwa sesuatu dinyatakan indah karena mengikuti aturan-aturan (order), dan memiliki magnitude atau memiliki daya tarik.

Immanuel Kant dalam The Critique of Judgement (1790) yang dikutip oleh Porphyrios (1991) menyatakan bahwa suatu ide estetik adalah representasi dari imajinasi yang digabungkan dengan konsep-konsep tertentu. Kant menyatakan adanya dua jenis keindahan yaitu keindahan natural dan keindahan dependen.

Keindahan natural adalah keindahan alam, yang indah dalam dirinya sendiri, sementara keindahan dependen merupakan keindahan dari objek-objek ciptaan manusia yang dinilai berdasarkan konsep atau kegunaan tertentu. Kedua pendapat tersebut di atas menunjukkan perhatian yang besar pada objek, di mana keindahan didapatkan karena suatu objek memiliki karakter tertentu sehingga layak untuk dinyatakan sebagai indah.
 
Perhatian yang besar terhadap objek dalam pemikiran tentang estetika tersebut memberikan pengaruh pada arsitektur. Pengaruh tersebut mengakibatkan munculnya aturan-aturan sebagai patokan untuk menyatakan keindahan suatu bangunan.

Alberti yang hidup pada masa Renaissance, dalam Ten Books on Architecture menyatakan bahwa keindahan suatu bangunan ditentukan oleh beberapa faktor (Porphyrios, 1991) seperti jumlah komponen (number) misalnya jumlah kolom, pelubangan dan sebagainya yang dinyatakan harus meniru alam, congruity, yaitu bagaimana menempatkan suatu komponen untuk membentuk keindahan secara keseluruhan, finishing dan collocation.

Pada intinya Alberti menyatakan sesuatu disebut indah karena meniru alam, dalam hal ini bukan hanya alam secara fisik, tetapi juga hukum-hukum alam. Hal ini dapat dilihat pada kolom-kolom Yunani yang berbentuk mengecil ke atas, yang dianggap sesuai dengan hukum alam. Alberti bukanlah satu-satunya orang yang mencetuskan standar dalam estetika arsitektur.

Andrea Palladio dan Brunelleschi juga banyak memberikan kontribusi bagi standar estetika dalam arsitektur masa Renaissance. Kebanyakan aturan-aturan yang berlaku pada masa tersebut menyebutkan aturan proporsi dalam angka-angka. Golden section merupakan salah satu aturan proporsi dalam angka yang banyak digunakan dan dianggap sebagai representasi dari alam pada sekitar abad ke-18.

Estetika dan Arsitektur

Dalam arsitektur, estetika adalah sebuah bahasa visual, yang tidak sama dengan beberapa bahasa estetika yang tidak visual, seperti bahasa itu sendiri. Estetika dalam arsitektur memiliki banyak sangkut paut dengan segala yang visual seperti permukaan, volume, massa, elemen garis, dan sebagainya, termasuk berbagai order harmoni, seperti komposisi.

Teori Estetika Teori Estetika SubyektifMenurut Herbert Read teori subyektif menyatakan bahwa sesungguhnya yang menyatakan ciri-ciri yang menimbulkan keindahan adalah tidak ada. Yang ada hanyalah tanggapan persaaan dalam diri seseorang dalam mengamati sesuatu benda.Keindahan memang subyektif, dalam diri setiap orang, pendapat tentang nilai estetika sebuah bangunan dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain:Subyektifitas diri sendiri.

Sensasi hanya dimungkinkan bila fungsi biologis tubuh kita yang berkaitan dengan fungsi sensasi dan persepsi dalam keadaan normal; misalnya mata bisa melihat, hidung bisa mencium, pikiran dalam keadaan normal/perseptif. Mampukah suatu obyek menggairahkan ‘limbic’ dalam otak kita sehingga merasa adanya kenikmatan saat berkontak dengan sebuah obyek arsitektural. Kenikmatan yang didapatkan itu menjadikan otak kita mengatakan sesuatu itu ‘indah’.

Estetika dalam Filsafat

Filsafat estetika pertama kali dicetuskan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1975) yang mengungkapkan bahwa estetika adalah cabang ilmu yang dimaknai oleh perasaan. Filsafat estetika adalah cabang ilmu yang membahas masalah keindahan. Bagaimana keindahan bisa tercipta dan bagaimana orang bisa merasakannya dan memberi penilaian terhadap keindahan tersebut. Maka filsafat estetika akan selalu berkaitan dengan antara baik dan buruk, antara indah dan jelek.

Secara etimologi, estetika diambil dari bahasa Yunani, aisthetike yang berarti segala sesuatu yang diserap oleh indera. Filsafat estetika membahas tentang refleks kritis yang dirasakan oleh indera dan memberi penilaian terhadap sesuatu, indah atau tidak indah, beauty or ugly.

Filasafat estetika adalah cabang ilmu dari filsafat Aksiologi, yaitu filsafat nilai. Istilah Aksiologi digunakan untuk menberikan batasan mengenai kebaikan, yang meliputi etika, moral, dan perilaku. Adapun Estetika yaitu memberikan batasan mengenai hakikat keindahan atau nilai keindahan.

Kaum materialis cenderung mengatakan nilai-nilai berhubungan dengan sifat-sifat subjektif, sedangkan kaum idealis berpendapat nilai-nilai bersifat objektif. Andaikan kita sepakat dengan kaum materialis bahwa yang namanya nilai keindahan itu merupakan reaksi-reaksi subjektif. Maka benarlah apa yang terkandung dalam sebuah ungkapan “Mengenai masalah selera tidaklah perlu ada pertentangan”.

Serupa orang yang menyukai lukisan abstrak, sesuatu yang semata-mata bersifat perorangan. Jika sebagian orang mengaggap lukisan abstrak itu aneh, sebagian lagi pasti menganggap lukisan abstrak itu indah. Karena reaksi itu muncul dari dalam diri manusia berdasarkan selera.

Berbicara mengenai penilaian terhadap keindahan maka setiap dekade, setiap zaman itu memberikan penilaian yang berbeda terhadap sesuatu yang dikatakan indah. Jika pada zaman romantisme di Prancis keindahan berarti kemampuan untuk menyampaikan sebuah keagungan, lain halnya pada zaman realisme keindahan mempunyai makna kemampuan untuk menyampaikan sesuatu apa adanya. Sedangkan di Belanda pada era de Stijl keindahan mempunyai arti kemampuan mengomposisikan warna dan ruang juga kemampuan mengabstraksi benda.

Pembahasan estetika akan berhubungan dengan nilai-nilai sensoris yang dikaitkan dengan sentimen dan rasa. Sehingga estetika akan mempersoalkan pula teori-teori mengenai seni. Dengan demikian, estetika merupakan sebuah teori yang meliputi:
  1. Penyelidikan mengenai sesuatu yang indah;
  2. Penyelidikan mengenai prinsip-prinsip yang mendasari seni;
  3. Pengalaman yang bertalian dengan seni, masalah yang berkaitan dengan penciptaan seni, penilaian terhadap seni dan perenungan atas seni.
Filsafat merupakan bidang pengetahuan yang senantiasa bertanya dan mencoba menjawab persoalan-persoalan yang sangat menarik perhatian manusia sejak dahulu hingga sekarang. Salah satu persoalan yang mendasari ungkapan rasa manusia adalah estetika, jika peranannya sebagai filsafat dan ilmu pengetahuan.

Estetika dan Ilmu

Estetika dan ilmu merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan, karena sekarang ada kecenderungan orang memandang sebagai ilmu kesenian (science of art) dengan penekanan watak empiris dari disiplin filsafat. Dalam karya seni dapat digali berbagai persoalan obyektif. Umpamanya persoalan tentang susunan seni, anatomi bentuk, atau pertumbuhan gaya, dan sebagainya.

Penelahaan dengan metode perbandingan dan analisis teoritis serta penyatupaduan secara kritis menghasilkan sekelompok pengetahuan ilmiah yang dianggap tidak tertampung oleh nama estetika sebagai filsafat tentang keindahan. Akhir abad ke-19 bidang ilmu seni ini di Jerman disebut “kunstwissensechaft”. Bila istilah itu diteterjemahkan ke dalam bahasa Inggris adalah “general science of art”.

E.D. Bruyne dalam bukunya Filosofie van de Kunst berkata bahwa pada abad ke-19 seni diperlakukan sebagai produk pengetahuan alami. Sekarang dalam penekanannya sebagai disiplin ilmu, estetika dipandang sebagai “the theory of sentient knowledge”. Estetika juga diterima sebagai “the theory of the beautiful of art” atau “the science of beauty”.

Sebagai disiplin ilmu, estetika berkembang sehingga mempunyai perincian yang semakin kaya, antara lain :
  1. Theories of art,
  2. Art Histories,
  3. Aesthetic of Morfology,
  4. Sociology of Art,
  5. Anthropology of Art,
  6. Psychology of Art,
  7. Logic, Semantic, and Semiology of Art.
Estetika merupakan studi filsafati berdasarkan nilai apriori dari seni (Panofsky) dan sebagai studi ilmu jiwa berdasarkan gaya-gaya dalam seni (Worringer). Berdasarkan kenyataan pendekatan ilmiah terhadap seni, dalam estetika dihasilkan sejarah kesenian dan kritik seni. Sejarah kesenian bersifat faktual, dan positif, sedangkan kritik seni bersifat normatif.