Jadilah Diri Kita Sendiri, Karena Orang Lain Belum Tentu Mau Jadi Diri Kita
Sejatinya, kita sebagai manusia mempunyai jati diri masing-masing. Entah itu sifat, karakter, bakat, potensi, hobi, identitas diri, keturunan, intelektual, kesukaan, kriteria dan sebagainya. Intinya setiap orang mempunyai jati diri masing-masing.
Jangan membuang jati diri kita, dengan memasukkan semua jati diri orang lain ke dalam diri kita. Cukup hal-hal yang baik saja yang perlu kita teladani. Sudah sepatutnya kita menjadi diri kita sendiri.
Contohnya, si A mah jati dirinya punya potensi dalam bidang kulineran, nah kalau si B mah punya potensi bidang wisata. Maka, si A dan si B harus menjadi diri sendiri, jangan si A malah pindah potensi ke si B, si B ke si A, tapi cobalah kembangkan potensi yang dimiliki. Karena potensi itu harta amanah yang kita punyai dalam diri kita sendiri. Kalau si A jadi dirinya sendiri, si B sama, maka kesuksesan bisa didapat. Nah, selain itu kan bisa kerja sama, di tempat wisata si B bisa nih si A buat rumah makan untuk kulineran.
Nah, dari contoh diatas, intinya apa? setiap orang punya potensi, rezeki, bagian masing-masing. Apabila kita tidak sesuai jati diri kita, jangan salahkan apapun, coba evaluasi diri kita, kita kembali kepada jati diri kita, kita potensinya itu, sifatnya gini, hobinya itu, bagiannya ini. Yakin, kita pasti sukses.
Selain itu, apabila kita meniru-niru jati diri orang lain, sedangkan kita mengabaikan jati diri kita sendiri, apakah ORANG LAIN MAU JADI DIRI KITA??? Jawabannya antara belum tentu dan tidak mau. Hanya diri kita lah yang mau jadi diri kita sendiri. STOP INSECURE !! terhadap diri kita sendiri. Kita juga bisa. Kita punya bagian masing-masing.
Kita punya keunikan masing-masing. Dunia ini tidak akan berwarna jika tidak ada perbedaan. Dunia ini akan sunyi jika hanya ada satu suara. Dunia ini akan gelap jika hanya ada satu warna. Dunia ini akan membosankan jika hanya ada satu kegiatan. Kita harus menyadari bahwa perbedaan itu adalah persamaan. Persamaan apa maksudnya? Kehidupan. Kita sama-sama sedang hidup di dunia ini. Tuhan menciptakan perbedaan, supaya kita manusia saling mengenal, menghargai, menghormati, mengevaluasi, memperbaiki satu sama lain.
Gini aja deh, analoginya kalau semuanya sama, maka tidak mungkin air akan bergerak. Air mengalir dari tempat yang lebih atas ke tempat yang lebih bawah. Apabila tempatnya sama, maka air tidak akan mengalir, apabila tekanannya sama maka air tidak akan mengalir. Jadi, air mengalir karena ada perbedaan tekanan zat cair. Sama dengan kehidupan pula ada perbedaan.
Maksudnya seperti apa sih perbedaan kehidupan disini?? maksudnya diharuskan perbedaan dalam ranah yang baik dan terbaik. Seperti apa? contohnya perbedaan hobi, si A mah suka sepakbola, si B mah suka volley ball, si C mah suka badminton dan sebagainya. Maka hidup akan beragam dan tidak akan membosankan.
Gini juga deh, supaya lebih konkret. Dalam sepakbola tidak mungkin semua pemain jadi kipper, kalau semua pemain jadi kipper terus siapa yang mau mencetak gol??. Terus, dalam sepakbola tidak mungkin semua pemain jadi stiker, kalau semua jadi striker, terus siapa yang mau menjaga gawang??. Nah, intinya perbedaan disini maksudnya ada yang jadi kipper, bek, gelandang serang, striker dan sebagainya. Maka, apa yang terjadi? Permainan bisa dilakukan. dan tentunya pula perlu ada lawan kan? kalau sudah ada dua kesebalasan maka pertandingan bisa dimulai. Begitu pula dalam kehidupan, tidaklah mungkin semua orang dari lahir sampai mati jadi guru terus. Terus mau ngajar siapa dong kalau semua orang jadi guru? kalau semua orang pintar? bingungkan. Pasti perlu ada guru dan murid. Pastinya juga kita akan melewati fase jadi murid dan guru. Ketika kita belum punya pengetahuan maka kita akan jadi murid, ketika kita punya pengetahuan dan memberikan kepada seseorang kita akan menjadi guru. Nah, seperti itu maksudnya.
Contoh lainnya, si A mah jadi murid, si B mah jadi guru, si C mah jadi mahasiswa, si D mah jadi dosen, si E mah jadi ibu kantin dan sebagainya. Karena, kita sebagai manusia itu saling membutuhkan. Guru perlu murid, jika tidak ada murid maka tidak ada guru. Dosen perlu mahasiswa, jika tidak ada mahasiswa maka tidak ada dosen. Penjual perlu pembeli, jika tidak ada pembeli maka tidak ada penjual.
Karena, kalau semuanya jadi penjual terus yang mau beli barangnya siapa dong? kalau tidak ada pembeli?? masa hanya jualan saja tanpa ada pembeli? bisa rugi dong, sia-sai dong? Nah, jadi penjual pasti butuh pembeli.
Jadi, intinya jadilah jati diri kita sendiri. KARENA KITA MANUSIA SALING MEMBUTUHKAN SATU SAMA LAIN. Jika kita mengabaikan jati diri kita sendiri, terus memasukkan jati diri orang lain ke dalam diri kita sendiri, maka apa yang terjadi? ekosistem kemasyarakatan akan terganggu karena kehilangan kita. Maksudnya gini kalau semua tukang baso semuanya berubah profesi jadi tukang bubur, terus nanti yang mau jualan baso siapa atuh?? begitu pula sebaliknya.
Dari analogi-analogi diatas, ada pertanyaan, Nanti siapa atuh yang mau jadi diri kita kalau bukan kita sendiri?? tentunya kita sendiri.
Oleh karena itu, syukurilah dan nikmatilah jati diri kita sendiri, karena sejatinya kita hidup ini adalah amanah. Amanah dari Tuhan yang Maha Kuasa.